Ingin akhirat harus dengan ilmu
Ingin dunia dan akhirat harus dengn ilmu
Ilmu begitu penting. Kata ilmu dikenal oleh umum. Ungkapan mencari ilmu tidak asing terdengar. Tapi, ketika ditanyakan apa sebenarnya ilmu itu, maka banyak sekali jawaban yang akan muncul. Banyak jawaban yang tidak yakin dan tidak memuaskan. Untuk itu kita perlu mulai berusaha mencari kejelasannya.
PENGERTIAN
Ilmu adalah sebuah kata atau ungkapan bahasa yang dipergunakan untuk sebuah sifat. Yang ditunjukkan oleh kata ilmu adalah sifat yang membuat pemiliknya mengetahui, memahami, terbuka dan memiliki kejelasan terhadap sesuatu.
Ilmu pada hakikatmya adalah salah satu sifat Allah SWT. Bagi Allah SWT, tidak ada satu pun yang tertutup, tidak ada satu pun yang samar, tidak ada satu pun yang tidak diketahui, tidak ada satu pun yang tidak dipahami.
Bagaimana tidak demikian, sedangkan segala sesuatu mustafad (diambil) dari ilmu Allah SWT. Bukan ilmu Allah SWT yang mustafad dari segala sesuatu. Allah SWT menciptakan tanpa contoh, tapi menurut ilmu-Nya.
Sebagai hama yang menjadi khalifah Allah SWT, manusia mempunyai bagian dari ilmu secara majazi. Perbedaan antara ilmu hamba dan ilmu Allah SWT dapat dipahami di antaranya pada tiga hal :
- Pada jumlah yang diketahui. Ilmu hamba terbatas jumlah yang diketahui. Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
- Pada keterbukaannya. Sedalam dan seluas apa pun, ilmu hamba tidak ad mencapai seluruh hakikat dari segala sesuatu.
- Pada mustafadnya. Ilmu hamba mustafad dari sesuatu. Ilmu Allah tidak mustafad dari apapun, bahkan sesuatu itu yang mustafad dari ilmu Allah.
Dengan memahami ketiga hal tersebut, dipahami bahwa ilmu bagi seorang hamba Allah sebenarnya adalah terbukanya hijab (dinding) hamba dari Allah. Bukankah segala sesuatu mustafad dari Allah ?
Dengan demikian, ma'rifatullaah (mengenal Allah) dan musyaahadatullaah (menyaksikan Allah) adalah puncak ilmiyyah. Puncak dari segala puncak ilmiyyah adalah ketika seorang hamba diperkenankan bertemu dan melihat Allah SWT. Puncak ilmu adalah ilmu mukaasyafah.
Pada puncal ilmu adalah memahami Allah Azh-Zhahir sekaligus Al-Baathin serta Al-Awwal sekaligus Al-Akhir. Dalam hadits qudsi dipaparkan "Allah berfirman, "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku ingin dikenal, maka Aku jadikan makhluk agar ia ma'rifat kepada-Ku"
Denagn demikian, yang dikatakan hamba yang berilmu adalah hamba yang sampai pada ma'rifatullaah dan musyaahadatullaah. Firman Allah SWT, "
إنما يخشى الله من عباده العلماء
"Sungguh yang termasuk ulama adalah hanya orang yang takut kepada Allah"
Baginda Rasulullah saw, "sebaik-baik syair adalah : "ketahuilah bahwa segala sesuatu selain Allah adalah bathil" Allah adalah Al-Haqq (hakikat segala hakikat)
TEMPAT ILMU
Setelah memahami hal terssebut, jelaslah bahwa tempat ilmu adalah hati. Mereka yang tidak ada Allah di hatinya adalah orang-orang bodoh. Peradaban yang tidak mengenal Allah disebut jahiliyyah (kebodohan / primitif).
Mereka yang lalai dan lupa adalah mereka yang hatinya tidak bergetar dengan nama Allah. Mereka yang beromong kosong adalah mereka yang lidahnya tidak basah dengan nama Allah. Mereka yang buta adalah yang tidak melihat ayat-ayat Allah SWT.
AKTIFITAS
Berkaitan dengan ilmu ini ada aktifitas yang dilakukan seorang hamba. Aktifitas pertama adalah ta'allum (belajar). Aktifitas kedua adalah ta'liim (mengajar).
Ta'allum adalah aktifitas mencari ilmu. Dengan memahami hakikat ilmu tadi, didapat bahwa mencari ilmu adalah berupaya untuk dapat sampai pada ma'rifatullaah dan musyaahadatullaah. Para pelajar sejati ada;ah mereka yang berkeinginan untuk mengenal dan menyaksikan Allah SWT. Perhatikanlah firma Allah SWT :
اقرأ باسم ربك الذي خلق
"bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan"
Ta'liim adalah aktifitas membantu untuk mendapat ilmu. Ta'liim sebenarnya adalah membimbing orang agar dapat ma'rifatullaah dan musyaahadatullah.
Para guru sejati adalah mereka yang telah mencapai ma'rifatullaah dan musyaahadatullah sehingga dapat membimbing menempuh jalan menuju Allah. Mereka yang belum sampai kepada Allah tidak dapat membimbing menuju Allah.
Perhatikanlah isro dan mi'roj. Itulah proses perjalan baginda Rosuullah saw menuju Allah SWT dengan bimbingan malaikat Jibril.
Wallaahu a'lam.
Referensi :
1. Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghozali qs
2. Ittihafus Saadatil Muttaqiin karya Syaikh Az-Zubaidi qs
3. Maqshodul Asna karya Imam Al-Ghozali qs
Referensi :
1. Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghozali qs
2. Ittihafus Saadatil Muttaqiin karya Syaikh Az-Zubaidi qs
3. Maqshodul Asna karya Imam Al-Ghozali qs