Abdullah Ibnu Mubarak q.s. pernah jatuh cinta pada seorang gadis. Ia tergila-gila betul pada gadis itu. Ia gundah dan gelisah mendambakan kekasihnya.
Suatu malam di musim dingin, ia berdiri di bawah jendela kamar gadis pujaaannya. Ia menunggu semalaman. Ia rela berlama-lama di sana sekedar untuk menatapnya walaupun hanya sejenak. Butiran-butiran salju yang turun membasahi tidak ia hiraukan. Ia termangu, menunggu di sana sepanjang malam. Ia berharap sang gadis akan menampakkan diri walau sejenak.
Cinta pun melewati batas ruang dan waktu mengalahkan dingin malam yang menggigit. Sampai alunan azan berkumandang. Ia menyangka itu azan ‘isya, namun tak lama kemudian matahari menampakkan diri dan sinarnya memancar ke seluruh bumi. Ternyata itu azan subuh.
Saat itu, barulah ia tersadar dan berbisik dalam hatinya, “Wahai putera Mubarak yang tak tahu malu ! Di malam yang begitu dingin engkau terpaku hanya untuk memuaskan hasrat dirimu. Tapi bila seorang imam membaca surat yang panjang, engkau langsung gelisah dan bahkan kesal”